Pengeditan naskah bisa dilakukan menggunakan aplikasi PageMaker, Microsoft Publisher ataupun Freehand. Pada tahap ini konsentrasi baru pada proses editing teks baik mengenai tata bahasa, gaya bahasa, konsistensi mengenai ejaan, istilah, rumus, tabel, gambar dan foto, huruf kapital, huruf miring, huruf tebal, size huruf pada judul bab, sub bab dan teks, pemenggalan kata, kata majemuk, dan tanda baca.
Setelah naskah selesai diedid oleh editor, naskah kemudian diprint di kertas HVS A4 dengan urutan nomor halaman masih dalam format aslinya dari pengarang. Bedanya sekarang semua teknik penulisannya sudah disesuaikan dengan kebijakan penerbit, Demi ekonomisnya, pengeprinan ini dilakukan dengan menggunakan printer ink jet satu warna, bukan printer laser. Apalagi prin-prinan ini dimaksudkan baru dalam taraf untuk diserahkan kepada pengarang untuk dikoreksi kembali hasil editan editor.
Ada kemungkinan, pengarang tidak hanya sekedar mengoreksi hasil editan editor, melainkan sering juga pengarang melakukan penambahan atau pengurangan isi. Ini terjadi karena dari pihak pengarang tiba-tiba muncul gagasan baru atau pemikiran lebih lanjut dari pengarang. Setelah pengoreksian dari pengarang selesai kemudian di bawa kembali ke kantor penerbit untuk dilakukan perubahan, penambahan atau pengurangan isi naskah. Naskah kemudian diprint dan di bawa kepada pengarang untuk dikoreksi kembali. Proses seperti ini bisa terjadi berkali-kali sampai pengarang merasa puas terhadap hasil prin-prinan naskahnya. Sebagai tanda kalau pengoreksian final ini sudah ok siap masuk ke proses produksi, pengarang membubuhkan tanda ACC pada prin-prinan naskah.
Sebelum masuk ke dalam proses produksi perlu didiskusikan dahulu dengan pimpinan perusahaan dan pengarang mengenai ukuran buku dan jumlah halamannya, bahan kertasnya, baik untuk isi maupun untuk cover. Hasil dari diskusi ini kemudian dituangkan dalam bentuk Data Produksi (Lihat artikel : DATA PRODUKSI). Editor kemudian menghubungi bagian produksi dengan membawa file naskah dan prin-prinannya serta lembaran data produksi. Kepala bagian produksi kemudian menugaskan bagian pracetak, khususnya bagian disain grafis untuk mendisain buku sesuai dengan rincian sebagaimana tertera pada lembar data produksi. Dalam proses disain grafis ini sekaligus juga ditetapkan akan menggunakan mesin cetak apa dan naik berapa halaman.
Berdasarkan data produksi dan mesin offset yang akan dipakai, maka bagian disain grafis kemudian menyusun kateren halaman agar nanti setelah dicetak dan dijilid tidak terjadi kesalahan urutan halaman. Sebelum hasil settingan dibuat master dan dicetak, maka hasil settingan itu diprint semua lebih dahulu untuk dibuat Dummy (bentuk tiruan dari aslinya) yang persis dengan bentuk buku aslinya yang akan dicetak nantinya. Kegunaan dari dummy ini selain untuk mengetes susunan kateren, juga untuk mengeproof lagi ke pengarang dan pimpinan perusahaan serta sebagai contoh untuk tukang cetak dan bagian finishing. Setelah semua oke, barulah dibikin master. Untuk bagian isi bila menggunakan master kertas, maka hasil disain tersebut diprint pakai printer laser dan dibuat master kertas. Bila akan menggunakan master plate, maka file tersebut formatnya (format doc. / format teks) diconvert ke format jpeg (format image) kemudian disimpan dalam CD atau flash disk dan dibawa ke tukang bikin Plate Master untuk dibuatkan plate dengan ukuran sesuai dengan mesin offset yang akan dipakai. Untuk cover sudah pasti menggunakan plate master, apalagi jika covernya full color.
Langkah selanjutnya adalah pembelian kertas dan naik cetak ke mesin offset. Bila punya mesin sendiri, maka tinggal menyerahkan ke bagian operator offset. Jika tidak punya tinggal pakai jasa ongkos cetak di luar. (Lihat artikel ONGKOS CETAK).
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.