Pemasaran kerupuk dapat dilakukan beberapa cara. Di antaranya yaitu :
1. Penjaja keliling
Cara penjualan ini dilakukan dengan keliling ke rumah-rumah penduduk. Kita bisa merekrut orang-orang yang bersedia menjajakan kerupuk keliling. Syaratnya mereka memiliki sepeda yang buat keliling dan KTP sebagai jaminan. Jaminan ini perlu karena mereka baru membayar setelah kerupuk habis terjual. Perlengkapan yang mereka perlukan kalau jaman dahulu adalah kerombong pikulan. Jadi ada dua kerombong seng, depan dan belakang. Kalau sekarang sudah jarang yang melakukannya, karena kurang praktis, mahal dan berat. Sekarang umumnya orang dagang kerupuk keliling menggunakan kantong plastik besar. Ada yang jalan kaki dan ada yang pakai sepeda atau sepeda motor. Untuk kerupuk seribuan biasanya dibawa uraian dan kalau ada yang beli baru dibungkus plastik kresek dengan jumlah sesuai pesanan. Untuk kerupuk kecil biasanya sudah dikemas dari pabrik atau dikemas sendiri oleh pedagang di rumah masing-masing. Untuk satu kantong plastik isi delapan kerupuk dijual eceran Rp 2.000,-
Keuntungan pedagang keliling umumnya lebih besar daripada loper karena mereka menjajakan langsung kepada pembeli. Harga dari pabrik untuk kerupuk seribuan yaitu Rp 700,- dan dijual Rp 1.000,- Jadi untungnya Rp 300,- Bagi loper keuntungan yang diperolehnya hanya Rp 100,- Mereka ambil dari paberik Rp 700,- dan dijual ke warung-warung langganan Rp 800,- Bedanya meskipun untungnya per kerupuk lebih kecil namun karena penjualannya secara party maka kalau ditotal keuntungan yang didapat loper lebih besar dibanding pedagang keliling.
2. Penjualan langsung ke pelanggan di pasar
Cara penjualan di pasar mirip seperti pedagang keliling. Bedanya kalau berdagang di pasar tempatnya menetap, tidak pergi ke mana-mana. Laku tidaknya pedagang kerupuk di pasar sangat tergantung dengan ramai tidaknya pengunjung pasar. Umumnya kalau baru lagi hari pasaran, kerupuknya laris, karena pasar penuh sesak dengan pengunjung. Lain halnya kalau lagi bukan hari pasaran, kerupuknya suka tidak habis, karena pengunjungnya sedikit. Untuk menyiasatinya biar BS nya tidak terlalu banyak, maka pada hari bukan pasaran, bawanya tidak sebanyak kalau hari pasaran. Atau bisa juga dikombinasi dengan berdagang secara keliling. Kalau pasar sudah sepi pengunjung dan kerupuk masih banyak, maka dijajakan secara keliling ke kampung-kampung. Kalau terlalu banyak BS kasihan pabriknya.
3. Titip jual di warung-warung
Pabrik kerupuk umumnya memiliki armada loper kerupuk. Mereka adalah tenaga-tenaga pemasaran yang paling utama. Tugas mereka hanya tinggal mengisi kembali kaleng-kaleng yang dititipkan di warung-warung atau rumah makan. Setiap orang misalnya memiliki 100 pelanggan, maka agar mereka bisa tiap hari berjualan, maka harus dibagi berdasarkan wilayah para pelanggan, misalnya wilayah Barat, wilayah Timur, wilayah Utara dan wilayah Selatan. Ini didasarkan pada asumsi bahwa kerupuk mereka telah habis terjual dalam waktu empat hari. Misalnya hari Senin ke Barat, hari Selasa ke Timur dan seterusnya.
1. Penjualan kerupuk mentah ke lapak-lapak sembako di pasar.
Kalau dijual mentah berarti dari kalkulasi penetapan harga kerupuk pada artikel PROSES PRODUKSI KERUPUK dari Rp 936.000,- dipotong Rp 200.000,- (Pembelian minyak goreng) = Rp 736.000,- : 1.400 biji = Rp 525, 75 (dibulatkan Rp526,-)/kerupuk.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.