Operator mesin cetak memiliki persyaratan hampir mendekati sempurna sebagai seorang manusia, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, dia tidak boleh cacat, baik penglihatan, (bahkan sekedar buta warna pun tidak diperkenankan), pendengaran, wicara, maupun cacat kaki maupun tangan. Secara psikis, dia tidak boleh gila, stress, pemarah atau pemurung. Dia juga tidak boleh buta huruf. Memiliki pengetahuan umum, khususnya tentang teknologi percetakan, estetika mengenai harmoni warna, terampil mengatur sinkronisasi gerakan mesin dipadukan dengan gerakan kertas agar selaras dalam gerak. Dia juga harus mampu mengukur dan menentukan timing yang tepat kapan kertas tiba dan melintas dengan tepat ketika putaran rol-rol dan silinder-silinder bertemu pada satu titik, satu waktu, dan secara konstan dan berkesinambungan sehingga gambar yang ada pada master berpindah ke permukaan kertas dari ujung ke ujung tanpa ada yang tertinggal satu titik pun.
Operator mesin ofset harus memiliki disiplin dan etos kerja tinggi serta harus berpacu dengan waktu untuk mengejar dead line. Jam sekian harus selesai dan akan diambil jam sekian. Berikutnya harus selesai jam sekian dan akan diambil jam sekian dan seterusnya sampai habis jam kerja, kalau perlu lembur. Dituntut disiplin dan semangat kerja tinggi dengan hasil terbaik dan gaji standar atau bahkan banyak yang di bawah UMR. Mending kalau konsumen tahu dan memberi uang rokok, lumayan buat makan siang. Kalau ketemu yang tidak paham, ya gigit jari, makan siang ala kadarnya.
Operator mesin ofset juga harus kuat fisiknya. Berdiri berjam-jam. Mondar-mandir mengelilingi mesin berjam-jam. Mengangkat kertas ber-rim rim seharian. Mata pun harus melototi terus setiap kertas yang keluar dari mesin ofset. Oleh karena itu sebelum kita mulai bekerja, maka ada baiknya kalau kita melakukan sekedar beberapa gerakan peregangan otot. Ini dilakukan supaya tidak salah urat ketika pagi-pagi harus mengangkat satu kardus HVS, isi lima rim. Saya pernah mengalami itu dan sampai sekarang belum sembuh. Pernah juga karena dikejar dead line untuk keperluan upacara serah terima jabatan di kantor boss, harus lembur dua hari satu malam tidak tidur dan pagi-paginya harus nyetir, mengantar cetakan ke kantor Boss.
Kadang-kadang timbul rasa jenuh juga, karena kerjaan yang monoton. Apalagi bagi kita yang passion-nya tidak di situ. Menjadi operator, hanya karena sulit mencari pekerjaan lain yang lebih cocok. Perasaan jenuh itu tidak baik kalau dibiarkan. Akibatnya kerjaan pasti tidak beres, karena tidak fokus, pikiran ke mana-mana.
Syukuri sajalah apa yang ada. Tidak usah terlalu berkhayal yang enggak-enggak. Tekuni saja apa yang sudah ada di tangan dan fokus. Nanti pada suatu hari kita pasti menemukan hikmahnya kenapa kita sekarang berada di situ. Jangan sampai sperti pepatah jawa : “NGOYAK UCENG KELANGAN DELEG” (mengejar ikan sili kehilangan ikan gabus besar). Yang nyata adalah apa yang ada sekarang. Apa yang terjadi besok hanyalah khayalan, hanyalah berandai-andai. Seandainya saya kerja ini pasti gaji saya sepuluh kali lipat dari gaji seorang operator. Itu hanyalah khayalan yang belum tentu terjadi di kenyataan. Adapun kerjaan sebagai operator adalah kenyataan dan pasti. Berapapun rupiah yang kita pegang, itulah yang riel, yang nyata, bukan khayalan. Dan itulah yang harus kita pegang erat-erat sekarang. Kesampingkan dulu yang lain-lain. Siapa tahu ini memang jalan hidup kita. Hanya Tuhan saja yang Maha Tahu hari esok. Hanya Tuhan yang Tahu ke mana dan bagaimana kita besok. Manusia hanya berencana Tuhanlah yang menentukan.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.