Usaha kerupuk rambak bisa dijalankan dengan modal pas-pasan. Tidak sebagaimana kerupuk tapioka. Kerupuk rambak dalam proses pembuatannya bisa memanfaatkan peralatan dapur yang ada di rumah. Bila adanya loyang kecil, pakai loyang kecil juga bisa. Apalagi jika model potongan kerupuknya ukuran dadu, seperti kerupuk kulit, maka loyang kecil tidak masalah.
Kalau usaha kerupuk rambak ini merupakan diversifikasi dari kerupuk tapioka, maka dapat juga dilakukan secara partai besar. Hal ini karena di pabrik kerupuk tapioka sudah tersedia semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuat kerupuk rambak.
Dulu sekitar tahun 1970 di sekitar Magelang dan mungkin Yogyakarta dan sekitarnya belum dikenal jenis kerupuk yang merupakan tiruan dari kerupuk kulit ini. Waktu itu di pabrik kerupuk tempat saya bekerja, mendatangkan trainer dari Jawa Barat untuk melatih membuat kerupuk rambak. Info tentang produk baru ini sendiri didapat dari tukang bikin kaleng kerupuk yang berasal dari Jawa Barat. Produk itu ternyata booming begitu diluncurkan di pasaran. Bahkan omzetnya dapat mengalahkan kerupuk tapioka yang sudah lama berproduksi.
Mengapa kerupuk rambak lebih laku di pasaran, karena :
1. Dari sisi produsen, proses kerjanya lebih mudah, lebih cepat, tidak memerlukan peralatan mahal, tidak perlu kemasan kaleng, lebih awet keras dan hampir tidak ada BS.
2. Dari sisi konsumen, harganya lebih murah, rasanya lebih gurih mirip rasa kerupuk kulit, kandungan gizinya lebih terasa pengaruhnya di badan setelah makan kerupuk rambak yaitu lebih terasa mengenyangkan. Saya ketika puasa biasanya cukup makan beberapa biji kerupuk rambak sebagai makanan berbuka darurat di jalan sudah lumayan segar di badan. Buat lauk makan nasi pun rasanya lebih nendang daripada kerupuk tapioka. Di samping itu kerupuk rambak lebih higienis karena kemasannya menggunakan kantong plastik yang dibrongot ujungnya ataupun dipres pakai pemanas listrik.
3. Dari sisi pemasaran lebih masal daripada kerupuk tapioka karena siapa saja dapat menjual kerupuk ini. Mbak-mbak, ibu-ibu, mas-mas atau bapak-bapak tua bisa menjajakan kerupuk rambak dengan mudah karena tidak harus membawa-bawa kerombong seng yang besar dan berat. Cukup dengan 1 kantong plastik besar bisa muat 200 atau 300 bungkus kerupuk rambak kecil. Jika mau menjual 400 atau 500 bungkus tinggal membawa dua kantong plastik besar. Bila dikemas dengan plastik 1/2 kiloan lebih mudah lagi membawanya. Masing-masing kantong plastik diikat dengan tali rafia lalu direnceng pakai bambu dan diboncengi motor atau sepeda, siap keliling kampung dan warung-warung atau pasar.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.