Sebagai pemula yang sedang merintis usaha dengan modal tipis sering bertemu dengan orang-orang kaya yang bernada sinis angkuh dan tidak memiliki kepekaan rasa sosial kepada golongan melarat seperti kita. Ketika kita menawarkan jasa atau barang mereka akan dengan serta merta menolak dengan seribu satu alasan dengan membandingkan dengan pesaing kita yang bermodal tebal.
1. Tempat kumuh
Mereka merasa bangga kalau masuk ke tempat usaha si A. Lokasinya di lingkungan kaplingan mewah, pinggir jalan utama. Tempatnya bersih rapi. Ruang tunggu full AC. Gaya dan eksklusif. Mereka kemudian membandingkan dengan tempat kita yang dianggapnya sempit, kumuh, bau, kotor dan di lingkungan miskin di gang sempit lagi. Mereka malu kalau disuruh mampir ke tempat kita.
2, Peralatan tradisional dan tidak komplit
Peralatan kita dianggap rongsok, tidak higienis, lambat, tidak komplit, tradisional tidak canggih. Mereka kemudian membandingkan dengan peralatan si A yang serba komplit dan canggih. Alat ini ada. Alat itu ada. Keluaran terbaru lagi. Mereka punya duit mengapa harus datang ke tempat usaha kita yang kumuh dan peralatannya tradisional dan tidak komplit. Mereka menganggap kita tidak profesional karena peralatan kita yang ala kadarnya. Kalau dikatakan kepada mereka :
“Tolonglah Pak agar kami bisa seperti Si A.” Mereka pun berkata :
“Saya bukan lembaga sosial. Saya hanya menginginkan pelayanan terbaik. Dan hanya Si A yang bisa. Kamu .... Maaf saja.”
Mereka melenggang begitu saja dan tidak mempedulikan perasaan kita yang tersayat-sayat, bukan hanya karena mereka tidak menggunakan jasa kita atau membeli barang kita, melainkan juga telah memukul KO kita hanya karena kemelaratan kita. Hati yang tadinya sedang berbunga-bunga penuh harapan ke depan yang lebih cerah karena telah memiliki usaha, namun tiba-tiba menjadi layu karena sikap mereka yang tak berperasaan seperti itu.
Meskipun demikian kita tidak boleh patah arang, putus harapan hanya gara-gara penolakan beberapa gelintir orang. Kita harus tetap optimis bahwa di luar sana masih ada ribuan orang yang menantikan pelayanan kita atau membutuhkan barang kita. Ada kata bijak mengatakan bahwa kita sering terpaku kepada satu pintu yang tertutup, padahal di luar sana masih ada ribuan pintu yang terbuka siap menyambut kita dengan senang hati.
Kepada mereka yang telah menolak kita, kita pun tidak boleh berkata kasar kepada mereka. Bagaimana pun mereka adalah calon-calon pelanggan yang harus kita hormati. Ingat Pembeli adalah raja dan kita adalah pelayan mereka. Kita tidak boleh bersikap tidak sopan dengan mereka. Kepala boleh panas tetapi hati harus tetap dingin. Barangkali suatu ketika mereka berubah pikiran dan akan kembali kepada kita. Bagaimana seandainya kita telah terlanjur marah-marah kepada mereka, tentu mereka enggan kembali kepada kita.
No comments:
Post a Comment
Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.