Tuesday 3 November 2015

MERINTIS USAHA PENERBITAN BUKU





Penerbit buku adalah usaha perorangan atau lembaga berbadan hukum yang memproduksi dan memasarkan buku secara masal. Dari usahanya ini diharapkan memperoleh keuntungan dari selisih harga produksi dengan harga jual buku.

Usaha di bidang penerbitan buku, sedikit banyak harus ada modal, baik berupa uang maupun pengetahuan tentang buku yang akan diterbitkan maupun pengetahuan tentang dunia penerbitan. Kalau percetakan bisa jalan meskipun tanpa modal sepeserpun. Lain halnya dengan penerbitan, bila tidak ada uang sama sekali, maka tidak bisa jalan. Misalnya sudah ada naskah siap buat dicetak, tetap tidak dapat diterbitkan jika tidak ada uang buat beli kertas, buat nyetak dan buat memasarkannya. Jumlah uang yang dibutuhkan bukan hanya buat ongkos produksi dan pemasaran, melainkan juga buat beaya hidup sebelum bukunya laku dan mendatangkan keuntungan.

Sebagai pemula, jika modalnya pas-pasan atau bahkan kurang dari kelayakan, maka demi penghematan, semua bisa dikerjakan sendiri. Mulai dari observasi pasar mengenai buku apa yang paling banyak diminati masyarakat. Selanjutnya menyusun buku sendiri yang kira-kira pasti laku, jelas pangsa pasarnya. Setelah naskah jadi dan isinya menarik, maka kemudian disetting didisain dengan teknik perwajahan, ukuran dan ketebalan yang harganya cukup menarik dan terjangkau. Jangan lupa urus dulu ISBN (International Standard Book Number) di Perpustakaan Nasional Pusat agar nomornya bisa dicantumkan di sampul buku yang akan kita terbitkan.

Untuk cetakan pertama, barangkali oplahnya tidak perlu terlalu banyak, apalagi jika uangnya mepet, pas hanya buat nyetak sekitar 2000 atau 3000 eksemplar. Itupun harus pakai kertas CD dan dicetak pakai satu warna dengan master kertas dan mesin Toko. Etung-etung cetakan pertama ini sebagai uji coba reaksi pasar. Kalau misalnya gagal, maka tidak terlalu parahlah ruginya. Jika ternyata sukses dan laris dipasaran, maka oplahnya bisa ditingkatkan agar beaya produksinya jauh lebih murah. Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh jauh lebih besar daripada jika oplahnya sedikit. Bahkan meskipun harga jualnya sedikit diturunkan agar lebih laris lagi, tetap dapat keuntungan yang lebih besar lagi.

Kalau punya mesin cetak sendiri, akan lebih irit lagi kalau dicetak sendiri. Tetapi kalau tidak punya, maka dilempar keluar pakai ongkos cetak juga tidak masalah. Yang penting kita harus selalu mengontrol agar hasilnya bagus dan cepat jadi. Setelah semua selesai dicetak dan dipotong sesuai dengan ukuran buku, maka pekerjaan selanjutnya adalah menyusun dan menjilid. Waktu menyusun bisa dibantu anak isteri atau kerabat lain yang tidak perlu bayaran biar irit. Sistem jilid yang paling praktis, mudah, murah, cepat dan kuat adalah jilid blok lem. Ambil beberapa set (misalnya 10 atau lima belas set) dan kita tumpuk dengan rapi dan punggungnya rata tegak lurus. Kalau bukunya kecil, misalnya ukuran 1/4 folio, maka tumpukannya bisa kita jejer dua agar tumpukannya tidak mudah roboh. Setelah itu kita pres, misalnya dengan ditindihi batu atau accu mobil.  Setelah dikikir punggungnya dengan cutter, kemudian kita olesi dengan lem kerta Fox, misalnya secara merata. Tunggu sampai kering dan diolesi lagi sampai dua atau tiga kali, biar kuat daya rekatnya. Langkah selanjutnya adalah pengeleman sampul yang telah kita siapkan sebelumnya satu persatu. Langkah terakhir dalam proses produksi buku adalah penyisiran sisi atas bawah dan depan agar rapi.



No comments:

Post a Comment

Mohon komentarnya untuk perbaikan setiap langkah kita kedepan.

Blogger Widgets